Grosir Batik Jogja
Diberdayakan oleh Blogger.

Recents

Random Posts

Recent Posts

Komentar

Popular

New Batik

Kamis, 21 Juli 2016

Siswa SLBN Blora Mampu Buat Batik Sendiri

Siswa SLBN Jepon Blora sedang membatik ciprat menggunakan alat
sederhana di ruang ketrampilan sekolah setempat
BLORA, suaramerdeka.com – Siapa sangka ternyata hasil kerajinan batik yang dibuat siswa-siswi Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Jepon Blora cukup banyak. Pasalnya selama ini siswa berkebutuhan khusus tersebut aktif membuat batik, yang dinamankan batik Ciprat.
Kepala SLBN Blora Sutotomengatakan saat ini kain batik yang dihasilkan sudah banyak. Semuanya dibuat oleh siswa SLBN mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA. 
Anak-anak sudah bisa membuat batik sendiri, batiknya ciprat, motifnya memang beda dengan batik pada umumnya, sangat sederhana,” ungkap Sutoto.
Untuk membuatnya juga tidak menggunakan canting, karena siswa banyak yang kesulitan. Sehingga yang digunakan berbentuk kuas. Lalu dicelupkan kedalam pewarna.  Kainnya juga tidak dipegang namun di bentangkan melalui sebuah alat. Masing-masing siswa ada tugas sendiri.
Ada yang membuat pola dan ada yang khusus mengebloknya saja. Membuatnyapun juga harus urut. Menurutnya tidak semua siswa SLBN bisa membuat batik, hanya yang tuna runggu,  tuna grahita sedang dan tuna daksa sedang yang sering membuat. 
Motifnya yang paling banyak berbentuk amuba atau gelombang,” jelasnya.
Dia mengakui saat ini hasil kain batik siswa SLBN baru dipasarkan  sebatas orang tua siswa dan kalangan guru. Serta beberapa warga yang ada di sekitar SLBN.
Setiap harinya membuat batik, dalam satu bulan rata-rata bisa membuat 35 kain batik. Untuk motif ternyata siswa sudah bisa berkreasi sendiri, dengan ciri ciprat pada batik yang dihasilkan. 
Harapannya memang ingin dipasarkan, kalau bisa pemkab mau membeli hasil karya anak tentunya akan sangat senang,” harapnya.
Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Suara Merdeka
View detail

Bertekad Pertahankan Batik Girli

Pembuatan batik Desa Kliwonan dan Desa Pilang Kecamatan Masaran
TEPAT di pinggir parapet (tanggul pengaman) Bengawan Solo, sejumlah ibu-ibu di Dukuh Wirorejan RT 22 Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen dengan lincah memainkan jari jemari di atas sebuah kain batik. Mereka asik melakukan pewarnaan di selembar kain yang telah digambar dengan motif batik. Sesekali, tangan mereka mengusap peluh yang hendak menetes ke bawah. Maklum cuaca waktu itu cukup terik, meskipun angin cukup sepoi-sepoi Kamis (21/7) siang kemarin.
Untuk membuat selembar batik tulis, setidaknya dibutuhkan waktu selama satu bulan, termasuk proses pewarnaan. Tirta teja, parang, dan kawung merupakan motif-motif batik andalan yang biasa mereka buat. 
Rata-rata untuk satu batik, kami selesaikan dalam waktu satu bulan. Termasuk kasih warna lho mas,” ucap Kasminah (57), salah satu warga setempat yang sudah puluhan tahun membatik.
Sejak Muda
Kegiatan mereka dalam pelestarian batik, tidak boleh dianggap sebelah mata. Aktivitas membatik hingga memberikan warna telah dilakoni ibu-ibu tersebut sejak puluhan tahun silam. Bahkan sejak masih usia dini, membatik sudah melekat dalam kehidupan ibu-ibu tersebut, dari semula hanya melihat orang tua mereka membatik hingga mengasah ilmu membatik di sejumlah tempat. 
Saya sejak kecil memang sudah suka batik. Waktu kecil saya belajar di Pasar Kembang Solo,” imbuhnya.
Meski batik di pasaran dihargai lumayan tinggi, namun tidak begitu dengan nasib para perajin. Dalam sehari, mereka hanya mendapatkan upah sekitar Rp 50 ribu untuk aktivitas membatik dan memberikan warna tersebut. Seluruh hasil pekerjaan mereka disetorkan kepada pengusaha batik. 
Sehari bisa dapat 15 batik untuk pewarnaan. Itu dibagi untuk tujuh orang. Tergantung motif, lumayan lah mas,” kata Suparti (43), perajin batik lainnya.
Bagi Kasminah, Suparti dan sejumlah ibu lainnya, proses membatik tidak hanya dinilai dari segi ekonomi. Meski tidak berlimpah, membatik bagi mereka adalah untuk mendapatkan kesibukan sehari-hari. Mereka bertekad mempertahankan batik sepanjang hayat. Terlebih keberadaan batik pinggir kali (girli) sudah menjadi ikon Sragen. 
Sak kuate mas. Kalau mampu seumur hayat juga gak papa. Daripada bengong di rumah,” ucap Alimah, ibu lainnya.
Perlu diketahui, Kabupaten Sragen merupakan salah satu sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. Di Sragen, sentra batik terdapat di Kecamatan Plupuh dan Masaran. Karena sejumlah desa penghasil batik di Sragen terletak di pinggiran sungai atau kali, maka batik mereka lebih dikenal dengan batik girli (pinggir kali). (Sari Hardiyanto-26)
Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Suara Merdeka

View detail

Rabu, 20 Juli 2016

Banyumas Extravganza 2016 Usung Batik Banyumas Bertopeng Cantik

Karnaval banyumas extravagnaza (dinporabudpar banyumas)
TIMESINDONESIA, BANYUMAS – Gelaran karnaval Banyumas Extravaganza 2016 yang merupakan ajang promosi budaya dan wisata Banayumas bakal di gelar Minggu 24 Juli 2016. Acara karnaval ini akan start dari Bioskop Rajawali hingga finis di Alun-alun Purwokerto.
Gelaran yang diadakan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Dinporabudapar) Kabupaten Banyumas pada tahun ini mengusung tema batik banyumasan bertopeng cantik sebagai tema karnaval.
Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengatakan, peserta akan diberangkatkan dari Depan Bioskop Rajawali jam 9 pagi menuju arah utara. Mereka menempuh jarak kurang lebih 2 kilometer dengan menyusuri Jalan S Parman sampai perempatan Srimaya.
Selanjutnya, pawai akan menuju narat menyusuri Jalan Jenderal Sudirman menuju Alun-alun Purwokerto dengan perkiraan tiba pukul 10. 
"Tahun ini sengaja di helat bulan Juli karena di bulan ini banyak kunjungan wisatawan baik asing maupun nusantara," papar Deskart, Kamis (21/7/2016).
Deskart mengatakan bahwa Banyumas Extravaganza tahun ini menginjak tahun keenam. Pada kegiatan ini akan mempertahankan konsep tahun 2015 dengan ciri khas yang sama, yakni pawai batik dan topeng yang melibatkan beragam unsur mulai dari seniman, pelajar, SKPD, pengusaha, dan pelaku wisata.
Namun untuk peserta pada tahun ini pihaknya berupaya agar penampilan mereka lebih baik dan bagus untuk sebuah tontonan pariwisata dibanding tahun lalu. 
Kami berharap agenda tahunan ini menjadi sarana promosi pariwisata yang cukup efektif,” tambahnya.
Untuk itu, dia mengajak kepada biro perjalanan wisata untuk menggarap paket wisata yang menyuguhkan event tersebut, dan kepada semua media untuk turut serta mempublikasikan. (*)


Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Indonesia Times
View detail

Punya Kain Tenun, NTB Diminta Tidak Latah Bikin Batik

Belajar tenun NTB
TEMPO.COMataram - Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Mufidah Kalla meminta para perajin mengembangkan tenun Nusa Tenggara Barat (NTB).  Istri Wakil Presiden Jusuf Kalla itu meminta para perajin tidak ikut-ikutan daerah lain mengembangkan batik.
"Sebab, batik milik Jawa," kata Mufidah di depan pengurus Dekrasnas Daerah NTB di pendopo Gubernuran NTB, Rabu, 20 Juli 2016, siang. Mufidah berada di Mataram sewaktu mengikuti perjalanan kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke Pulau Sumbawa.

Didampingi Ketua Dekranasda NTB Erica Zainul Majdi dan istri Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi, Mufidah bertemu dengan para pengurus Dekranasda kabupaten/kota se-Pulau Lombok yang mengalami pergantian karena adanya pergantian empat kepala daerah.

Di NTB, terdapat tenunan lokal songket, dari Lombok, Sumbawa, hingga Bima. Tenunan tersebut dibuat kaum perempuan di kampung-kampung. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Provinsi NTB ikut mengembangkan batik Sasambo (Sasak Samawa Mbojo), yang merupakan kreativitas lokal, di sekolah menengah kejuruan. 


Mufidah berpesan agar para perajin mengembangkan tenunan daerah NTB yang dinilai sudah bagus. “Hendaknya di daerah tidak latah meributkan motif batik yang akan dikembangkan di sini,” katanya.
Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Pikiran Rakyat
View detail

Warna-warna Cerah Jadi Ciri Khas Batik Sukabumi

Corak pala, salah satu motif batik khas Sukabumi.
SUKABUMI, (PR).- Batik Sukabumi memiliki corak dan warna yang khas. Corak batik Sukabumi pun sangat terkenal, baik oleh warga Sukabumi sendiri maupun luar kota bahkan sampai ke luar negeri.

Di salah satu sentra pembuat batik Sukabumi, yang terletak di jalan Kenari 2 no. 4 RT 01 RW 04 Sukabumi, terdapat berbagai pilihan corak atau motif. Corak Batik Sukabumi yang tersedia di sini diambil dari beberapa ciri khas seputar Sukabumi, seperti corak Pala, Daun Pisang, Penyu, Ikan, dan Kenari.

Corak khas Sukabumi yang cantik dipadupadankan dengan warna-warna cerah dan ceria. Hal itu membuat batik Sukabumi di tempat ini selalu diburu pembeli. Selain itu, letaknya yang berseberangan dengan pusat oleh-oleh makanan khas Sukabumi, moci, membuat tempat ini mudah dicapai dan ditemukan.

Keindahan corak dan warna yang cantik tak hanya menarik minat pembeli lokal saja, banyak turis asing yang sengaja datang ataupun memesan batik Sukabumi dari tempat ini. Seperti Australia dan Belanda yang selalu rutin memesan bingkai atau pigura batik tulis karya tempat ini.

Selain itu, batik Sukabumi ini juga telah ditetapkan menjadi salah satu oleh-oleh khas Sukabumi oleh pemerintah. Tak hanya itu, banyak penghargaan dan gelar juara pertama diraih oleh batik Sukabumi dari tempat ini di setiap even yang digelar.

Sukabumi jangan sampai tertinggal, Sukabumi harus lebih bagus”, ungkap Irma Silvya, pemilik sentra batik Sukabumi, Selasa 19 Juli 2016.

Kisaran harga yang ditawarkan di tempat ini adalah Rp 50.000 hingga Rp 6 juta rupiah, tergantung corak, bahan, dan tingkat kesulitan pembuatan batik khas sukabumi tersebut. Omzet yang dicapai setiap bulannya, Irma mengaku bisa sekitar Rp 150 – 200 juta. (Siti Nurasiah)

Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Pikiran Rakyat
View detail

Most View Product

Labels

Ads

Support : Bukalapak | Tokopedia | Olx
Copyright © 2012. Fashion Batik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger