Grosir Batik Jogja

Kamis, 21 Juli 2016

Bertekad Pertahankan Batik Girli

Pembuatan batik Desa Kliwonan dan Desa Pilang Kecamatan Masaran
TEPAT di pinggir parapet (tanggul pengaman) Bengawan Solo, sejumlah ibu-ibu di Dukuh Wirorejan RT 22 Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen dengan lincah memainkan jari jemari di atas sebuah kain batik. Mereka asik melakukan pewarnaan di selembar kain yang telah digambar dengan motif batik. Sesekali, tangan mereka mengusap peluh yang hendak menetes ke bawah. Maklum cuaca waktu itu cukup terik, meskipun angin cukup sepoi-sepoi Kamis (21/7) siang kemarin.
Untuk membuat selembar batik tulis, setidaknya dibutuhkan waktu selama satu bulan, termasuk proses pewarnaan. Tirta teja, parang, dan kawung merupakan motif-motif batik andalan yang biasa mereka buat. 
Rata-rata untuk satu batik, kami selesaikan dalam waktu satu bulan. Termasuk kasih warna lho mas,” ucap Kasminah (57), salah satu warga setempat yang sudah puluhan tahun membatik.
Sejak Muda
Kegiatan mereka dalam pelestarian batik, tidak boleh dianggap sebelah mata. Aktivitas membatik hingga memberikan warna telah dilakoni ibu-ibu tersebut sejak puluhan tahun silam. Bahkan sejak masih usia dini, membatik sudah melekat dalam kehidupan ibu-ibu tersebut, dari semula hanya melihat orang tua mereka membatik hingga mengasah ilmu membatik di sejumlah tempat. 
Saya sejak kecil memang sudah suka batik. Waktu kecil saya belajar di Pasar Kembang Solo,” imbuhnya.
Meski batik di pasaran dihargai lumayan tinggi, namun tidak begitu dengan nasib para perajin. Dalam sehari, mereka hanya mendapatkan upah sekitar Rp 50 ribu untuk aktivitas membatik dan memberikan warna tersebut. Seluruh hasil pekerjaan mereka disetorkan kepada pengusaha batik. 
Sehari bisa dapat 15 batik untuk pewarnaan. Itu dibagi untuk tujuh orang. Tergantung motif, lumayan lah mas,” kata Suparti (43), perajin batik lainnya.
Bagi Kasminah, Suparti dan sejumlah ibu lainnya, proses membatik tidak hanya dinilai dari segi ekonomi. Meski tidak berlimpah, membatik bagi mereka adalah untuk mendapatkan kesibukan sehari-hari. Mereka bertekad mempertahankan batik sepanjang hayat. Terlebih keberadaan batik pinggir kali (girli) sudah menjadi ikon Sragen. 
Sak kuate mas. Kalau mampu seumur hayat juga gak papa. Daripada bengong di rumah,” ucap Alimah, ibu lainnya.
Perlu diketahui, Kabupaten Sragen merupakan salah satu sentra produksi batik terbesar setelah Pekalongan dan Surakarta. Di Sragen, sentra batik terdapat di Kecamatan Plupuh dan Masaran. Karena sejumlah desa penghasil batik di Sragen terletak di pinggiran sungai atau kali, maka batik mereka lebih dikenal dengan batik girli (pinggir kali). (Sari Hardiyanto-26)
Editor:Abu Masail
Publisher:Abu Masail
Sumber:Suara Merdeka

0 komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Labels

Ads

Support : Bukalapak | Tokopedia | Olx
Copyright © 2012. Fashion Batik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger